startup nggak akan berhenti bakar duit sampai kapan?
Hohoho….. startup nggak akan berhenti bakar duit sampai entah mereka punya operating profit, diakusisi oleh perusahaan yang lebih besar atau bangkrut karena kehabisan cashflow. Tidak seperti yang dipercaya pada umumnya, kemungkinan terbesar yang terjadi adalah yang terakhir.
Memelihara startup sampai exit itu survival rate-nya kecil, bahkan setelah exit pun, belum tentu startup tadi bertahan. Ini gambarannya secara umum:
Gambarannya begini:
Tahap awal (Konsep). Kamu dan 7 orang temanmu dari berbagai
jurusan teknik - mulai dari teknik kimia hingga penerbangan - berhayal bikin
startup mobil terbang. Setelah bergadang-gadang, kalian bikin konsep mobil
terbang blablabla. Saat ini kalian belum bakar duit, tapi tahap mimpi bakar
duit.
Tahap pre-Seed/Seeding. Karena kalian semua masih
misqueen, kalian paparkan konsep mobil terbang tadi kepada salah satu dosen dan
kalian bilang perlu duit 100 juta buat mewujudkan konsep sampai MVP (minimum
viable product). Dosen tertarik buat membayarin konsepnya dan bilang, "okeh
saya siapin Rp. 100 juta tapi saya dapat 20% share yah." Lalu kalian
sepakat. Masing-masing punya saham 10%, dan dosen punya saham 20%. Lalu PT.
Mobil Terbang didaftarkan dengan 100 lembar saham. Mendadak kalian merasa kaya
karena kalo 20% saham harganya Rp.100 juta, berarti masing-masing dengan 10%
saham nilainya Rp. 50 juta dong. Cuman modal mikir doang. Saat ini, kalian
mulai bakar duit, tapi duitnya si dosen doang. Tahap ini yang dilihat adalah
apakah MVP nya jadi atau nggak dengan duit 100 juta tadi. Setelah kalian
itung-itung ternyata duit 100 juta tadi nggak cukup, lalu kalian diomelin
dosen. Kebetulan temen si dosen ini adalah Angel Investor. Dia setuju nyumbang
sekedar biar jadi MVPnya plus koneksi2 dia ke BPPT, LIPI, LAPAN, NASA dsb, tapi
kesepakatannya dia minta kalian menyerahkan masing-masing 2% saham, plus si
dosen menyerahkan 4% saham. Karena kepepet, oke lah. Deal! Posisi akhir kalian
masing-masing punya 8%, dosen 16%, angel investor (AI) 20%. Duit yang dibakar
ditambah lagi duit si AI.
Round 1 (Serie A Investment). Setelah MVP jadi, kalian punya
prototype mobil terbang. Kalian pamerin di IIMS, instagram, trus kalian mulai
terkenal. Kalian bikin business plan mobil terbang sewanya sejuta sejam, pangsa
pasar ada 10.000 jam sehari dsb. Hitung-hitungan itu kalian kirim ke Venture
Capitalist (VC). Kalian bilang perlu duit milyaran buat bikin pabrik. Kalian
duduk berdua dengan Wisnu Ventures, sebuah VC. VC bilang nilai perusahaan (post
investment) adalah 20 milyar dan untuk itu dia bersedia memberikan backup dana
sebesar 10 milyar. Dia bilang investasi ini nilainya 50% dari nilai startup
saat ini. Disini PT. Mobil Terbang lalu mengeluarkan saham baru sehingga
kedudukan akhir si Wisnu Capital punya 50% saham, kalian masing-masing punya
4%, dosen punya 8%, AI punya 10%. Kalian udah hepi banget karena 4% nilainya
sekarang jadi 800juta. Duit VC kalian bakar buat fabrikasi masal, promosi,
ijin2….
Round 2 dst…. (Series B dst) Investment dibuka lagi.
Alasannya untuk penetrasi pasar dan mengubah mindset warga jakarta yang suka
macet-macetan. Investasi dari Wisnu Capital masuk lagi. Semakin banyak duit VC
masuk, porsi saham (%) kalian makin kecil karena saham kalian terdilusi,
walaupun secara Rp. naik (Misalkan dari 4% senilai 800juta, menjadi 1% senilai 10
milyar). Kalian promosikan abis-abisan tapi tetap susah cari pelanggan yang
biasanya naik gocar 50rb gak mau kalau harus bayar sejuta. Akibatnya, kalian
juga pasang tarif 50rb/15 menit plus cashback 10%, padahal modal kalian adalah
100rb/15 menit terbang. Duit selisihnya itu kalian bakar dari duitnya Wisnu
Capital, sementara cashflow dari operasi kalian masih tekor. Kalian bakar duit
abis-abisan di saat ini. Apalagi di tahap ini, kalian juga masih melakukan
R&D biar mobil terbangnya bisa pake solar cell, bukan BBM. Ini juga perlu
duit. Kalian akan tetap bakar duit sampai kelihatan bahwa growth meyakinkan.
Diam-diam kalian hilangkan cashback, lalu kalian naikkan tarif. Series-series
ini bisa bertambah, dari Series B,C,D,E,….dst sampai either ready untuk exit
atau kehabisan cashflow karena ga kuat bakar duit.
Pre-Exit. Karena jakarta makin macet dan banyak orang yang
suka layanan kalian, sekarang orang mau bayar 99rb/15 menit (hampir nilai
impas). Pengguna kalian juga sekarang sudah 50.000 jam per hari (Omset 20M
sehari). Operasional sudah nutup dari pengguna, tapi biaya R&D masih keluar
sehingga kalian masih rugi. Disisi lain kalian lihat bahwa kalian bisa buka
layanan mobil terbang di Surabaya dengan estimasi tambahan pengguna 20.000 jam
per hari. Belum lagi kota2 lain. Wahh ini namanya prospek. Disini kalian masih
bakar duit. Jumlah bakaran per pengguna lebih sedikit, tapi karena pengguna
udah banyak, maka total bakaran tetap gede. Naikin harga dikit bakal untung
dah, apalagi ga ada pesaing. Naah, sekarang saatnya exit (Catatan: Kalau
tau-tau ada pesaing, bisa buyar nih rencana exit karena kalian harus
mempertahankan pangsa pasar). Bahkan bisa balik ke tahap another round of
investment lagi.
Exit. Ada 2 metode exit yang biasanya dipilih : Akusisi oleh
Bujek atau IPO (penawaran saham perdana) di Bursa Efek Jakarta. Kalian ngobrol
sama underwriter IPO, dia bilang bisa kasih valuasi Rp 10T. Eeh tau-tau Bujek
bilang "Udah deh, gw ambil aja dengan harga 10T juga, plus lo jadi dirut
selama 10 tahun kedepan". Lalu kalian pilih jual kumpeni ini kepada Bujek.
Oleh bujek, kumpeni kalian dijadikan unit bisnis baru 'Bu-fly' dengan harga
110rb/15 menit. Biaya ini udah nutup semua biaya operasi, R&D plus profit.
Gak ada lagi bakar-bakar duit.. Sekarang waktunya panen. Horee….
0 Response to "startup nggak akan berhenti bakar duit sampai kapan?"
Post a Comment