3 elemen penting Startup

Ada 3 elemen penting:

1. Baru berdiri

Ini cukup jelas ya.

Ukuran "baru berdiri" itu relatif, tapi biasanya <5 tahun. Gojek misalnya, kan sudah umur 11 tahun (per 2021). Jadi mestinya tidak boleh lagi disebut sebagai startup.

2. Ide baru yang disruptif

Startup itu menawarkan cara baru.

Dulu waktu Gojek berdiri (2010), cari ojek itu artinya kita jalan kaki ke pengkolan. Berharap ada abang ojek di sana. Seringkali tidak ada, jadi berdiri kepanasan dulu tunggu nasib baik ada ojek lewat. Kalau pun ada, kita harus tawar menawar harga (entah berdasarkan apa). Tapi biasanya para abang ojek sudah berkolusi menetapkan harga sendiri. Jadi jatuhnya mahal. Tapi ya gimana lagi, tidak ada pilihan. Terus naik motornya sering tidak pakai helm. Dst.

Jadi Gojek datang membawa angin segar. Kita bisa panggil ojek ke rumah. Tinggal duduk manis nanti si abang datang. Hidup bisa lebih terencana. Kita bahkan bisa panggil ke alamat mana saja, jam berapa saja. Ada standard service dan safety. Kalau kita tidak happy, bisa kasih review dan bintang satu. Dst.

Sekali lagi, bukan startup namanya kalau hanya melanjutkan business-as-usual.

3. Scalable

Nah ini yang paling penting. Startup harus bisa dikembangkan dengan cepat. I mean, really really fast.

Dalam 1–2 tahun pertama, Gojek atau Traveloka berhasil menggaet puluhan ribuan customers dan melakukan jutaan transaksi. Aplikasinya cuma satu. Buatnya cuma sekali, tapi bisa dipakai ribuan bahkan jutaan kali.

Inilah mengapa warung tegal tidak bisa disebut sebagai bisnis startup.

Kalau kita buka sebuah Warteg, lalu bisa dapat katakanlah 1.000 transaksi per hari. Tapi kalau mau naik jadi 2.000 transaksi per hari, atau 20.000 transaksi per hari, maka kita harus buka lebih banyak warung. Yang artinya lebih besar fixed cost. Warteg pertama kita tadi tidak scale-able.

Kesimpulan:

Kalau mau menilai apakah suatu bisnis bisa disebut startup, gunakan 3 kriteria di atas.